11 Agustus 2008

Mudah, Jujur & Percaya

Oleh Agus Triyatno

Suatu saat ada seseorang dari komunitas terasing datang menemui Rasulullah SAW tercinta. Orang itu menanyakan tentang apa yang harus dilakukan jika dirinya memeluk Islam. Rasululllah SAW tercinta ini menjawab seperti lagu band Radja: Jujurlah padaku!

Orang tadi pun terkejut karena begitu mudahnya Islam sehingga dia pun bersedia memeluk Islam dan kembali pada komunitasnya. Kebiasaan-kebiasaan yang pernah dilakukan sebelum memeluk Islam masih ingin dilakukan walaupun bertentangan dengan Islam. Ketika ingin melakukannya orang yang baru memeluk Islam ini lantas teringat pesan dari Rasulullah SAW tercinta. Dia harus jujur pada Rasulullah SAW. Kalau dia bicara jujur telah melakukan yang dilarang Islam maka pastilah dia dihukum. Oleh karena itu, dia tidak jadi melakukan hal yang dilarang Islam itu.

Dari kisah ini saya memetik buah hikmah. Di antaranya adalah kemudahan dan kejujuran.
Islam itu mudah seperti yang diungkapkan Rasulullah SAW. “Sesungguhnya agama ini mudah, dan tidak akan pernah seseorang menyulit-nyulitkan perkara agama ini, melainkan ia akan dikalahkan.” (Riwayat Imam Bukhari, dari Abu Hurairah Ra.). Kemudahan dalam kisah di atas menggambarkan kecerdasan Rasulullah SAW dalam berda’wah atau mengajak seseorang untuk memeluk Islam. Rasulullah SAW paham bahwa yang datang adalah orang dari komunitas terasing sehingga perintah pertama bila memeluk Islam cukup jujur kepada dirinya.

Lantas, kenapa Rasulullah SAW memerintahkan jujur pertama kali? Bagi saya, kejujuran merupakan prinsip dasar. Meskipun sederhana tapi bisa dilihat dampaknya. Orang yang baru memeluk Islam akhirnya tidak berani melakukan kebiasaan sebelum Islam karena bila ia berbicara jujur pada Rasulullah SAW telah melakukan kebiasaan yang bertentangan dengan Islam pasti akan mendapatkan ganjaran hukuman.

Kejujuran juga merupakan gerbang kepercayaan. Kepercayaan adalah citra diri yang diakui oleh orang lain sebagai orang yang bisa dipercaya. Ini adalah modal sosial (social capital) yang tinggi nilainya dalam berhubungan dengan orang lain. Sebelum Muhammad SAW menjadi Rasul, Alloh SWT menganugerahkan kepercayaan ini (Al Amin) sehingga ketika beliau berseru maka tak ada lagi keraguan bagi yang mendengarnya. Bahkan ketika Rasulullah SAW bercerita tentang peristiwa Isra’ Miraj yang baru dilakukannya yang secara akal tidak mungkin, tapi orang-orang tetap masih percaya. Seseorang yang percaya itu adalah Abu Bakar Ra.

Kepercayaan tidak datang dengan tiba-tiba, melainkan harus diperjuangan. Waktu yang dibutuhkan relatif. Ada yang cepat, ada yang memakan separuh umur hidupnya, dan mungkin selama hidupnya berjuang mendapatkan kepercayaan. Memang susah mendapatkan kepercayaan itu. Tapi, bila menghilangkannya sangatlah mudah. Cukup Anda mengkhianati kepercayaan yang sudah Anda peroleh maka musnahlah kepercayaan itu.

Ini rahasia. Sssttt… jangan bilang siapa-siapa ya! WOW!!

Tidak ada komentar: