05 Juni 2008

Status dan Peran

Oleh Agus Triyatno

Saya melancong ke Jatinangor – Bandung pada Sabtu–Ahad, 31 Mei – 1 Juni 2008. Saya mengunjungi tempat-tempat yang pernah saya singgahi sebelumnya. Kampus, kos kawan-kawan yang masih setia di Jatinangor-Bandung, dan tempat kuliner. Salah satunya adalah tempat makan di Jatinangor. Tempat ini menjajakan masakan dari Padang. Tidak seperti tempat lain, di tempat ini lebih murah harganya meski porsinya lebih sedikit. Ya, cocok dengan kantong mahasiswa. Tempat makan itu namanya Citra Minang.

Pemilik tempat makan Citra Minang ini juga mengelola kos-kosan di Jatinangor. Dengan begitu, sebagai perantau dia menetap di Jatinangor. Untuk lebih enaknya, kita sebut saja pemilik tempat makan Citra Minang ini dengan naman Pak Tanjung.

Ketika saya melancong di Jatinangor, khususnya Desa Cikeruh sudah masuk waktunya pemilihan kepala desa. Prosesnya baru tahap pendaftaran calon kepala desa dan pemberitahuan adanya pemilihan kepala desa kepada warga. Pendanaan pemilihan kepala desa di sini dibebankan kepada warga. Tidak seperti pilkada tingkat kabupaten/kota, provinsi, atau nasional yang dibebankan kepada anggaran daerah atau negara.

Menjelang sore hari saya melancong ke tempat makan Citra Minang. Di sana saya bertemu dengan Bu Tanjung yang melayani pembeli. Dari Bu Tanjung ini saya mendapatkan kisah tentang pengumpulan dana dari warga untuk pemilihan kepala desa di Cikeruh. Beginilah ringkasan ceritanya.

Pak Tanjung yang sudah tinggal menetap di Jatinangor sejak beberapa tahun yang lalu sudah dianggap sebagai bagian dari warga Jatinangor. Dalam pencarian dana untuk pemilihan kepala desa ini Pak Tanjung tidak luput untuk dimintai dananya. Tapi Pak Tanjung kaget sekaligus bingung bukan kepalang. Pak Tanjung mendapatkan tiga buah permohonan dana untuk pemilihan kepala desa. Kok bisa? Ternyata, selidik punya selidik – Pak Tanjung dimintai dana pemilihan kepala desa karena terkait statusnya. Pak Tanjung menyandang tiga status sekaligus; sebagai warga biasa, sebagai pengelola kos-kosan, dan sebagai pemilik tempat makan Citra Minang.

Status itu terkait erat dengan peran. Status sebagai identitas diri dan peran sebagai hal yang mesti dilakukan terkait dengan status yang disandang oleh seseorang. Misalkan saya memiliki status sebagai anak maka peran saya sebagai anak adalah menghormati orangtua. Begitu pun saya bila sudah menikah dan mempunyai anak. Maka status saya bertambah menjadi orangtua dari anak saya dan masih tetap menjadi anak dari orangtua saya. Peran saya sebagai orangtua tentu harus menyayangi anak saya. Begitulah seterusnya.

Kita dapat memiliki banyak status dan peran. Bahkan status yang kita sandang bisa bertentangan satu sama lain. Misalkan saja ketika seorang penegak hukum malah melakukan pelanggaran hukum. Oleh karena itu, kita mesti dapat mengatur peran sebaik-baiknya terkait dengan status yang kita sandang.

Status ini bisa didapat karena keturunan atau karena usaha sendiri. Status bangsawan merupakan contoh dari status yang diturunkan. Status yang didapat dengan usaha sendiri misalkan saja dokter. Siapa saja bisa bisa mendapat status dokter asalkan belajar ilmu kedokteran. Terkadang kita kurang memahami status kita sendiri. Kita ini siapa? Status apa yang kita kehendaki? Bila pertanyaan tentang status ini dapat kita jawab maka niscaya kita menjalankan peran kita dengan suka cita karena jawaban tersebut apa yang kita inginkan. Terkadang kita hanya menerima saja apa yang terjadi terhadap kita. Hal ini yang membuat kita tidak terima keadaan dan ingin berontak terhadap keadaan tersebut. Tidak mudah untuk menjawab pertanyaan status itu. Bisa memakan waktu berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun karena hal itu perlu dipikirkan secara matang. Saya pun masih mencari status yang saya inginkan. Bila sudah ketemu jawaban status yang saya inginkan tapi masih susah untuk memerankan peran dari status itu karena lingkungan sekitar saya. Itu hal yang biasa. Bila ada sesuatu yang baru maka lingkungan perlu adaptasi hingga terbiasa dan mencapai keseimbangan semula.

Pak Tanjung masih bingung dengan tiga surat permohonan dana untuk pemilihan kepala desa. Sama bingungnya dengan saya yang masih mencari status diri saya. Siapa saya? Apa yang mesti saya lakukan?

Tidak ada komentar: