28 Maret 2008

Es Krim untuk Sally

Cerita Anak Budiyanto Dwi Prasetyo

SALLY sedang asyik duduk di atas pohon jambu di halaman rumahnya. Seragam putih-merahnya belum lagi diganti. Sepatunya pun masih dia pakai. Tangan Sally sibuk memegangi es krim cokelat yang sedari tadi terus-terusan dijilatinya.

Siang itu terik sekali. Hawa panasnya membuat kepala berdenyut-denyut. Tapi, siang yang panas justru menambah es krim terasa lebih nikmat. Sally sampai-sampai membeli lima batang es krim. Sally sangat suka es krim. Jatah uang untuk ditabung hari ini pun habis untuk membeli es krim.

Sally belum pernah beli dan makan es krim sebanyak itu. Mama selalu melarang Sally makan es krim. "Es krim kan harganya mahal. Es krim juga bisa bikin sakit gigi," kata Mama suatu hari.

"Lo, apa hubungannya es krim dengan sakit gigi?" tanya Sally heran pada Mamanya.

"Es krim itu dingin, Sally. Kalau digigit bisa membuat gigi kamu terasa nyeri," ujar Mama menjelaskan. "Apalagi kalau kamu tidak sikat gigi sehabis makan es krim. Rasa manis yang tertinggal di mulut atau gigimu akan berubah jadi zat asam. Zat asam itu bisa merusak gigi. Gigi kamu bisa nyeri karena bolong," lanjut Mama sambil menyeringai, memperlihatkan giginya ke Sally.

"Ah, dasar Mama aja yang pelit. Es krim memang mahal. Tapi kan rasanya enak sekali. Mama hanya mementingkan dirinya saja. Selalu memerintah dan tak pernah mau dengar keinginanku," pikir Sally.

Dan cuaca panas siang itu membuat es krim mudah meleleh. Beberapa kali tetesan cokelat dari es krim menodai seragam Sally. Tapi Sally tak peduli. Ia malah asyik menjilati seragamnya yang kena tetesan es krim dengan lidahnya. Walhasil, baju seragam Sally jadi kotor seperti terkena lumpur.

"Biarin aja mumpung nggak ada Mama, hihihi!" gumam Sally sambil meringis menjilat-jilat sebuah tetesan cokelat lagi di seragamnya. Sally tak mungkin bisa melakukan itu jika ada Mama. Kalau Mama tahu tentu bisa marah besar. Biasanya, begitu pulang sekolah Mama langsung menyuruh Sally mengganti seragam dan mencopot sepatunya. Sehabis itu, makan siang dan mengulang pelajaran yang tadi pagi diajarkan Bu Guru di kelas. Lalu tidur siang. Begitu terus setiap hari. Dan yang pasti, tak ada es krim. "Huh, membosankan...!" batin Sally.

Tapi, sekarang Sally bebas. Hari ini Mama Sally sedang pergi ke rumah Bibi Lisa yang baru saja melahirkan anaknya. Mama baru pulang nanti malam.

Tadi pagi Mama memberikan kunci kepada Sally supaya saat pulang sekolah ia bisa langsung masuk ke dalam rumah. Saat berangkat pun Mama dan Sally berbarengan. Sally ke sekolah dan Mama ke rumah Bibi Lisa.

"Nanti, pulang sekolah kamu langsung pulang. Ganti seragam, copot sepatu, makan siang dan mengulang pelajaran ya," perintah Mama. "Dan jangan lupa tidur siang," kata mama sambil mengusap-usap rambut Sally.

"Iya, Ma, tenang aja. Pokoknya beres deh!" jawab Sally sambil mengedipkan mata kirinya.

***

Jam dinding menunjukkan pukul sembilan malam. Mama baru saja datang dari rumah Bibi Lisa. "Tok, tok, tok!" Pintu diketuk-ketuk Mama dari luar.

"Sally, Mama pulang nih, mau oleh-oleh nggak?" kata Mama sambil terus mengetuk pintu. Dari dalam rumah tak ada jawaban. Mama Jadi bingung.

"Sally, kamu lagi ngapain sih, bukain pintu dong!" Mama terus saja teriak-teriak. Tiba-tiba tangan Mama menyentuh daun pintu. Ternyata pintu tidak di kunci. Mama tambah bingung dan khawatir. Suasana di dalam rumah gelap.

"Sally, kamu di mana? Sal, Sally?" Mama langsung masuk dan menuju kamar Sally. Mama kaget setengah mati waktu lampu kamar Sally ia nyalakan. Mama melihat Sally berada di tempat tidur dengan masih berseragam sekolah putih merah dan memakai sepatu. Sally terus-terusan memegangi pipinya sambil meringis.

"Hei, kamu kenapa?" tanya Mama penuh selidik.

"Anu Ma, Aduuh rasanya nyeri sekali," jawab Sally sambil terus meringis. Pipi Sally yang sebelah kiri tampak bengkak. Ia terus memegangi dan mengusap-usap pipinya yang jadi seperti bakpau itu. "Hatchih..!" dan Sally pun bersin. Ingus mengalir dari kedua lubang hidungnya.

"Hmm pasti kamu kebanyakan makan es krim. Lihat, seragammu kotor sekali. Pipimu bengkak dan badanmu demam," Mama meletakkan telapak tangannya di kening dan leher Sally. "Kamu sakit gigi dan kena flu, Nak," kata Mama sambil membersihkan hidung dan mulut Sally.

Mama mengganti seragam Sally dengan baju tidur. Sepatu dan kaus kakinya pun sudah dicopot Mama. Kepala Sally dikompres dengan handuk hangat. Dan pipi kiri Sally yang bengkak itu juga sudah ditempel Koyo. Mama duduk di pingir tempat tidur sambil mengusap-usap rambut Sally.

Sambil meringis menahan nyeri Sally bercerita kepada Mama, tadi siang ia beli lima batang es krim dan memakannya sendirian di atas pohon jambu di halaman rumahnya. Lantas, ia bermain di kamar dan membaca komik sampai ketiduran. Sally tidak gosok gigi, belum ganti seragam dan copot sepatu saat tidur. Sampai ketika Sally bangun, giginya yang sebelah kiri terasa nyeri dan tubuhnya menggigil sambil bersin-bersin.

Sally menyesali semua perbuatannya. Ia minta maaf pada Mama dan berjanji tidak akan makan es krim banyak-banyak. Sally mengerti bahwa perintah-perintah Mama selama ini adalah demi kebaikan dirinya. Sambil terharu Mama memeluk Sally yang masih berbaring itu. Tiba-tiba Mama seperti teringat sesuatu.

"Wah, padahal Mama bawa oleh-oleh banyak lo, Sal," kata mama sambil mengeluarkan sesuatu dari tasnya. Tadi dibekali Pamanmu sebelum pulang dari menengok Bibi Lisa. Mama semakin bikin Sally penasaran.

"Apa itu, Ma?"

"Es Krim."

"Hah?" Sally hanya terbengong menatap sekotak besar es krim yang dipegang Mama. n M-2

Budiyanto Dwi Prasetyo, Penulis cerita anak tinggal di Tangerang.

Disobek dari Koran Lampung Post Edisi Minggu, 27 Maret 2005

Tidak ada komentar: