21 April 2008

MEDITASI UNTUK PERUBAHAN HIDUP

Oleh Agus Triyatno

Sabtu, 19 April 2008

Waktu antara 10.00 – 11.00 WIB saya menonton acara perbincangan bersama Oprah yang ditayangkan di Metro TV. Saat itu tamu Oprah seorang penulis buku yang bercerita tentang karyanya. Buku itu tentang pengalaman hidup penulis yang mencari kedamaian dalam hidup. Ini menurut saya. Maaf kalau penilaian saya salah. Pasalnya saya hanya menonton sebagian. Berpindah saluran TV bila sedang tayangan iklan. Sayangnya saya lupa nama penulis dan judul buku yang ditulisnya.

Saya tertarik dengan tayangan Oprah ini karena penulis tadi bercerita tentang Bali. Sempat terpikir apakah mereka semua tahu Bali itu sebuah bagian dari NKRI? Soalnya mereka hanya berbicara tentang Bali tanpa menyebut kata Indonesia. Bagi saya bukan masalah. Paling-paling yang repot bila ada yang mengaku-ngaku bahwa Bali bagian dari sebuah negara bukan Indonesia seperti kebudayaan daerah di Indonesia yang diakui oleh negara lain atau pulau-pulau terluar yang beberapa di antaranya sudah dibeli oleh orang asing adalah elite politik untuk meningkatkan pamor mereka masing-masing.

Penulis itu bertemu dengan Ketut yang dianggap sebagai peramal dan akhirnya menjadi guru spiritual baginya. Nilai yang dapat saya ingat dari acara tersebut adalah cara meditasi dan tahapan penulis hingga mendapat ‘pencerahan’.

Penulis sempat ziarah ke tempat di berbagai negara untuk mencari pencerahan itu. Di antaranya India untuk melakukan meditasi. Menurut Ketut, meditasi ala India ini begitu rumit. Lantas Ketut menunjukkan meditasi caranya sendiri, yaitu duduk dan tersenyum. Senyum di sini bukan hanya sebatas sunggingan di bibir saja melainkan juga di hati. Niscaya semua yang dihadapi menjadi lebih indah dan terasa bahagia.

Satu hal lain yang diceritakan adalah tentang perubahan yang dialami penulis. Bagi orang yang tertarik akan bertanya bagaimana saya dapat merasakan apa yang Anda rasakan? Penulis itu tidak menganjurkan supaya melakukan persis seperti apa yang pernah dilakukannya, seperti berkeliling ke tempat di berbagai dunia ini. Dia hanya memberikan tiga cara supaya dapat merasakan seperti apa yang dia rasakan. Pertama, tanyakan kepada diri kita masing-masing tentang apa yang diinginkan. Hal ini agar dijawab dengan jujur dan diulang terus menerus sehingga ada dorongan hasrat yang kuat untuk mencapai keinginan tersebut.

Kedua, catat apa yang membuat kita bahagia dan apa yang membuat kita sedih. Catatan ini berguna untuk mengingat-ingat kembali kenangan kita tentang sesuatu yang bahagia dan sesuatu yang sedih. Kebahagiaan ini inginnya terus kita nikmati dan kita bagi kepada orang lain. Kesedihan akan terus kita hindari dan membantu orang lain agar tidak mengalaminya.

Ketiga, buatlah ‘mantra’ yang positif dan membacanya berulang-ulang sebanyak mungkin. Mantra ini bukan seperti jampi-jampi yang dibaca oleh dukun-dukun. Mantra ini merupakan kata-kata yang memotivasi kita tentang diri kita sendiri. Seperti saya adalah pemberani, orang sukses, pintar, dan sebagainya. Bila ada kata-kata yang negatif seperti saya pengecut, lemah, bodoh, maka hal itu harus dirubah dengan yang positif seperti pemberani, kuat dan pintar. Mantra ini diulang terus menerus supaya mengendap dan menjadi kekuatan dalam diri kita untuk membentuk diri kita seperti kata-kata yang diucapkan itu.

Meski tercecer dari ingatan saya acara selengkapnya tapi setidaknya ada nilai-nilai dari acara Oprah ini yang dapat saya jadikan pelajaran. Saya menganggap pelajaran ini baik dan karena itu pula saya ingin menuliskannya lagi dan membagi kepada siapa saja yang membaca tulisan ini agar bisa diambil manfaatnya.

Tidak ada komentar: