15 Agustus 2008

Komunikasi dan Silaturahim

Oleh Agus Triyatno

Komunikasi secara umum banyak didefinisikan atau ditafsirkan dalam perspektif transmisi. Dalam persepektif transmisi ini komunikasi disebut sebagai proses penyampaian pesan dari pemberi pesan kepada penerima pesan. Oleh karena itu, ada tiga unsur yang terkait di sini, yaitu orang yang memberikan pesan (sender), pesan yang disampaikan (encode & decode), orang yang menerima pesan (receiver).

Setiap orang diberikan kemampuan untuk bisa berkomunikasi. Paling banyak dilakukan adalah komunikasi dengan bahasa verbal (menggunakan bunyi dari mulut). Bahkan orang yang tidak bisa berkomunikasi verbal (tuna wicara/bisu) pun tetap masih bisa berkomunikasi dengan bahasa isyarat. Anak yang masih bayi pun berkomunikasi. Bentuk komunikasi bayi dengan cara menangis jika lapar, atau buang air. Artinya, komunikasi merupakan kebutuhan hakiki setiap manusia.

Kebutuhan manusia terhadap komunikasi ini tidak bisa dicegah bahkan oleh kekuasaan negara. Barang siapa yang mencegahnya maka dia dikatakan tidak manusiawi, diktator, tidak demokratis dan segalanya yang jelek-jelek.

Bagaimana jadinya kalau di dunia ini orang tidak berkomunikasi? Pasti banyak terjadi kekacauan karena masing-masing orang berkonflik akibat salah mengerti atas tindakan yang dilakukan antara seseorang kepada orang lain. Pada saat terjalin komunikasi seperti sekarang ini saja masih banyak kekecauan yang terjadi akibat salah mengerti.

Komunikasi – bagi saya – merupakan gerbang silaturahim untuk membina hubungan sosial antar sesama. Ikatan silaturahim ini bisa langgeng jika komunikasi di antara pihak terkait terjalin dengan baik dan secara intensif. Kita tidak boleh meremehkan urusan komunikasi ini. Meskipun hanya sebuah senyuman & salam yang diberikan itu merupakan kontak komunikasi juga yang akan berdampak bagus bagi si penerima pesan senyuman & salam tadi. Siapa yang tidak senang mendapatkan senyuman & salam dari seseorang? Islam juga menganjurkan hal seperti itu. Bahkan merupakan kewajiban seorang Muslim. "Dari Abu Hurairah ra. ia berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda: Ada lima kewajiban bagi seorang muslim terhadap saudaranya yang muslim; menjawab salam, mendoakan orang yang bersin, memenuhi undangan, menjenguk orang sakit dan mengiring jenazah.”

Jika kita sudah mengetahui bahwa gerbang dari silaturahim ini adalah komunikasi maka tentu kita bisa berkesimpulan pula bahwa putusnya silaturahim ini bisa dimulai dari putusnya komunikasi di antara pihak yang bersangkutan. Putusnya komunikasi ini bisa disengaja atau tidak disengaja, timbul dari satu pihak atau kedua pihak atau juga karena faktor lain diluar masalah personal si pelaku. Apapun sebabnya pasti akan berdampak bagi si pelaku di dunia dan akhirat. Di dunia tentu akan kehilangan jaringan sosial yang sudah terjalin & itu sangat merugikan. Sedangkan di akhirat akan berdampak pada tidak akan masuk syurga bagi yang memutus ikatan silaturahim ini seperti yang tertulis pada hadits, "Dari Al-Zuhri, bahawa Rasulullah SAW bersabda : Tidak akan masuk syurga bagi yang memutuskan silaturahim." (Riwayat Al-Imam Muslim).

Ini rahasia. Sssttt…jangan bilang siapa-siapa ya! WOW!!

Tidak ada komentar: